PENGAMBILAN
SAMPEL URIN DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Penyakit infeksi merupakan penyakit
yang sering dijumpai di seluruh dunia. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan
infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada
populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 tahun dan 2.5-11% pada
pria di atas 65 tahun.1 Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial
tersering yang mencapai kira-kira 40-60%. Sampai saat ini belum adanya
klasifikasi dan standarisasi penatalaksanaan infeksi saluran kemih dan
genitalia pria di Indonesia. Penatalaksanaan infeksi berkaitan dengan pemberian
antibiotika. Penggunaan antibiotika yang rasional dibutuhkan untuk mengatasi
masalah resistensi kuman. Oleh karena itu Ikatan Ahli Urologi Indonesia membuat
suatu Panduan Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Panduan
ini merujuk panduan yang sudah dibuat oleh EAU (European Association of
Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of America). 3,4 Klasifikasi
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran kemih.
Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari panduan EAU
(European Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of
America) o Infeksi Saluran Kemih (ISK) • ISK non komplikata akut pada wanita •
Pielonefritis non komplikata akut • ISK komplikata • Bakteriuri asimtomatik •
ISK rekurens • Uretritis • Urosepsis o Infeksi Traktus Genitalia Pria •
Prostatitis • Epididimitis • Orkhitis Cara Pengambilan Sampel Bahan urin untuk
pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat
diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter
dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh
adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.1
Punksi Suprapubik Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan
pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut
dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah
tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal
pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila
keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang
tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.1 Kateter Bahan
urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara
ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan
keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat
mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal).
Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang
diperoleh dari punksi suprapubik.1 Urin Porsi Tengah Urin porsi tengah sebagai
sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering
dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi
resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh
menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi
sampel dan menyebabkan kultur false-negative.
Cara pengambilan dan penampungan
urin porsi tengah pada wanita :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk
membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan
sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik
untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka
tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan
kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang
mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa
yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan
ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat.
Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan
labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian
keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa
yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia,
mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar.
Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang
lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali
wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang
tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke
laboratorium.1
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan
muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan
memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula
wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik
prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis
dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat
sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat.
Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril
yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan
tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke
dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah
selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah
dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan
kirim segera ke laboratorium.1 Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium,
karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang
biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri
sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus
diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa
dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah
pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur
dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan
urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.
Pemeriksaan
Urin Empat Porsi (Meares Stamey) Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita
prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu : 1. Porsi
pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra, 2. Porsi kedua
(VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli, 3. Porsi
ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat, 4. Porsi keempat
(VB4) : urin setelah masase prostat.4 Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan
urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit
dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan
pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.5
Pemeriksaan Dipstik Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif
pemeriksaan leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui
leukosituri, dipstik akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang
terdapat dalam granul primer netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri,
dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh
enzym nitrate reductase pada bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil
false-negative karena tidak semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah
nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun akibat obat diuretik. Kedua
pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70 – 98 %.
Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80 % dan negative
predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik
dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan
dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil
menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu dilakukan kultur.5,6
Pemeriksaan Mikroskopik Urin Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan
jumlah leukosit dan bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna
adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang
bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan langsung
kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan
satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan
kultur.5,7 Pemeriksaan Kultur Urin Deteksi jumlah bermakna kuman patogen
(significant bacteriuria) dari kultur urin masih merupakan baku emas untuk
diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka
dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan
bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri
yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara
uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin,
kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan
ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman
adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika
sebelumnya.1,5 Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh.
Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin
yang diperiksa telah terkontaminasi.
0 komentar:
Posting Komentar