BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Klorin
Klor (bahasa Yunani: Chloro = hijau pucat) adalah salah satu
unsur kimia dengan simbol “Cl”dan mempunyai nomor atom 17. Dalam tabel
periodik, unsur ini termasuk kelompok halogen atau golongan VIIA. Dalam bentuk
gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat beracun. Dalam bentuk cair
atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.
Klorin merupakan zat asam yang korosif. Klorin akan berperan
sebagai iritan kuat pada jaringan yang sensitif. Kontak jangka panjang dengan
klorin dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas adalah zat
karsinogenik yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Klorin dapat masuk kedalam
tubuh dengan cara :
1) Terhirup
melalui saluran nafas.
Klorin sangat berbahaya bila terhirup ke saluran pernafasan.
Berat molekul gas klorin lebih besar dari udara sehingga akan selalu menempati
daerah terendah dan mengendap di saluran nafas. Paparan klorin pada anak-anak
dapat menyebabkan serangan asma. Studi di Belgia tahun 2003 menyebutkan iritan
yang dikenal dengan triclhoramin. Trikloramin ini akan dilepaskan apabila air
yang berklorinasi bereaksi dengan material organik seperti urin atau keringat
manusia. Trikloramin dipercaya dapat menginisiasi proses biologi yang dapat
merusak barier seluler permukaan paru.
2) Kontak dengan
kulit atau mata.
Efek klorin sangat negatif untuk kosmetik. Klorin dapat
menyebabkan hilangnya kelembaban kulit dan rambut sehingga terlihat keriput dan
kering. Kontak dengan cairan klorin dapat menyebabkan kulit dan mata terbakar.
3) Melalui
inhalasi uap panas dan absorbsi melaui kulit.
Paparan klorin yang berbahaya adalah melaui inhalasi uap
panas dan absorbsi melalui kulit saat mandi menggunakan shower. Air shower yang
hangat akan membuka pori-pori kulit dan menyebabkan peningkatan absorbsi klorin
dan bahan kimia lainnya dalam air. Inhalasi sangat berbahaya mengingat gas
klorin (kloroform) yang terhirup dapat langsung menuju aliran darah.
4) Masuk ke
saluran cerna melaui air atau makanan yang terkontaminasi.
Menurut U.S. Council of Environmental Quality, risiko
terjadinya kanker meningkat sebesar 93% pada penduduk yang mengonsumsi air
berklorinasi dibandingkan dengan yang tidak mengandung klorin. Pada penelitian
binatang, tikus yang terpapar klorin dan kloramin menderita tumor ginjal dan
usus.
2.2 Pemutih Pakaian
2.2.1
Pengertian Pemutih Pakaian
Pemutihan pakain adalah proses kerja reaksi kimia dimana
molekul kotoran akan di pecah menjadi
bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk diangkat oleh
surfaktan. Surfaktan berfungsi sebagai pengangkat noda. Pemutih pakaian atau
disebut juga bleaching agent merupakan campuran antara bahan kimia tidak aktif
dan aktif. Bahan aktif pemutih pakaian diantaranya, Natrium hipoklorit atau
Natrium perklorat. Pemutih pakaian digunakan untuk membantu membersihkan
pakaian dari noda membandel yang tidak bisa dibersihkan oleh deterjen pakaian
lainnya.
2.2.2 Proses
Pemutihan Pakaian
Bleach adalah suatu senyawa yang dapat memutihkan pakaian
melalui dua proses, dimana proses pertama adalah meningkatkan efektifitas kerja
surfaktan dengan memperkecil ukuran molekul kotoran dengan mengoksidasinya.
Sedangkan proses kedua adalah mengubah warna kotoran menjadi putih sehingga
tidak tampak /terlihat oleh mata. Warna putih yang dimaksud adalah putih udara,
jernih air, bukan putih susu.
Kerja pemutih ini adalah reaksi kimia dimana molekul kotoran
akan di pecah pecah menjadi bagian yang
lebih kecil sehingga lebih mudah untuk di angkat oleh surfaktan (tetap peran
surfaktan adalah yang mengangkat noda). Selain itu, secara bersamaan juga membuat kotoran atau noda menjadi invisible
(tak terlihat).
Proses pemutih memperkecil molekul kotoran (anonim, 2010) :
Figure 1 :
Kondisi kotoran yang ada dalam kain. Melekat dalam kain dalam bentuk bulatan,
karena merupakan molekul hidrofobik (tidak suka air).
Figure 2 : Pemutih akan bereaksi dengan kotoran dimana
hasil reaksi ini akan memutuskan ikatan kimia pada kotoran.
Figure 3 :
Akibatnya kotoran menjadi kecil – kecil terpisah pisah.
2.2.3 Kandungan
Yang Terdapat Dalam Pemutih Pakaian
1. Hidrogen
peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental daripada air, dan
merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia sebagai
pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan bakar roket.
2. Bahan utama
pemutih padat (bubuk putih) adalah kalsium hipoklorit (Ca(ClO)2). Secara umum
bahan ini dikenal sebagai kaporit. Bahan pemutih cair adalah natrium hipoklorit
(NaOCl).
3. NaOCl sebagai
penghilang noda.
4. Klorin dan
natrium perborat menjadikan pakaian
ternoda dapat menjadi lebih putih cemerlang.
2.2.4 Dampak
Penggunaan Pemutih Pakaian
Dampak Positif :
1. Menjadikan
pakaian putih cemerlang.
2. Menghilangkan
noda-noda yang membekas.
Dampak negatif :
1. Pencampuran
pemutih dengan ammonia menghasilkan gas beracun seperti kloramin (NH2Cl) dan
hidrazin(N2H4).
2. Menjadikan
warna cepat pudar.
3. Klorin dengan
kadar tinggi dapat merusak pakaian.
4. Serat kain
menjadi keras dan rapuh.
5. Matinya
bakteri dalam tanah sehingga kondisi tanah menjadi tidak baik, karena dalam
pemutih mengandung zat-zat aktif dan bahan-bahan yang bersifat korosif yang
dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam tanah. Akibatnya, kesuburan tanah
dapat terganggu.
2.3 Iodometri
Dalam analisa volumetri, yang dimaksud proses iodometri
adalah proses titrasi terhadap iodium ( I2 ) bebas dalam larutan, sedang proses
iodimetri adalah proses titrasi menggunakan larutan I2 sebagai standar.
Pada sebagian besar titrasi iodometri, bila didalam larutan
terdapat kelebihan ion iodida, maka akan terjadi ion Triiodida ( I3- ). Hal ini
disebabkan karena iodium sangat cepat larut dalam larutan iodida. Khusus dalam
proses titrasi iodo-iodimetri, maka yang dimaksud dengan berat ekivalen suatu
zat adalah banyaknya zat tersebut yang dapat bereaksi atau dapat.
Membebaskan 1 gram I. Dibandingkan dengan
oksidator-oksidator seperti KMnO4, K2Cr2O7, atau Ce(SO4)2, I2 merupakan
oksidator yang lebih lemah, tetapi merupakan suatu reduktor yang lebih kuat.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum.
Amylum tidak mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan
air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium,
sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amylum
ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan titik
akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya
hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening.
0 komentar:
Posting Komentar