Minggu, 09 Februari 2014

Kimia Terpadu

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Klorin
Klor (bahasa Yunani: Chloro = hijau pucat) adalah salah satu unsur kimia dengan simbol “Cl”dan mempunyai nomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur ini termasuk kelompok halogen atau golongan VIIA. Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.
Klorin merupakan zat asam yang korosif. Klorin akan berperan sebagai iritan kuat pada jaringan yang sensitif. Kontak jangka panjang dengan klorin dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas adalah zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Klorin dapat masuk kedalam tubuh dengan cara :
1)      Terhirup melalui saluran nafas.
Klorin sangat berbahaya bila terhirup ke saluran pernafasan. Berat molekul gas klorin lebih besar dari udara sehingga akan selalu menempati daerah terendah dan mengendap di saluran nafas. Paparan klorin pada anak-anak dapat menyebabkan serangan asma. Studi di Belgia tahun 2003 menyebutkan iritan yang dikenal dengan triclhoramin. Trikloramin ini akan dilepaskan apabila air yang berklorinasi bereaksi dengan material organik seperti urin atau keringat manusia. Trikloramin dipercaya dapat menginisiasi proses biologi yang dapat merusak barier seluler permukaan paru.
2)      Kontak dengan kulit atau mata.
Efek klorin sangat negatif untuk kosmetik. Klorin dapat menyebabkan hilangnya kelembaban kulit dan rambut sehingga terlihat keriput dan kering. Kontak dengan cairan klorin dapat menyebabkan kulit dan mata terbakar.
3)      Melalui inhalasi uap panas dan absorbsi melaui kulit.
Paparan klorin yang berbahaya adalah melaui inhalasi uap panas dan absorbsi melalui kulit saat mandi menggunakan shower. Air shower yang hangat akan membuka pori-pori kulit dan menyebabkan peningkatan absorbsi klorin dan bahan kimia lainnya dalam air. Inhalasi sangat berbahaya mengingat gas klorin (kloroform) yang terhirup dapat langsung menuju aliran darah.
4)      Masuk ke saluran cerna melaui air atau makanan yang terkontaminasi.
Menurut U.S. Council of Environmental Quality, risiko terjadinya kanker meningkat sebesar 93% pada penduduk yang mengonsumsi air berklorinasi dibandingkan dengan yang tidak mengandung klorin. Pada penelitian binatang, tikus yang terpapar klorin dan kloramin menderita tumor ginjal dan usus.
2.2  Pemutih Pakaian
2.2.1        Pengertian Pemutih Pakaian
Pemutihan pakain adalah proses kerja reaksi kimia dimana molekul kotoran akan di pecah menjadi  bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk diangkat oleh surfaktan. Surfaktan berfungsi sebagai pengangkat noda. Pemutih pakaian atau disebut juga bleaching agent merupakan campuran antara bahan kimia tidak aktif dan aktif. Bahan aktif pemutih pakaian diantaranya, Natrium hipoklorit atau Natrium perklorat. Pemutih pakaian digunakan untuk membantu membersihkan pakaian dari noda membandel yang tidak bisa dibersihkan oleh deterjen pakaian lainnya.
2.2.2        Proses Pemutihan Pakaian
Bleach adalah suatu senyawa yang dapat memutihkan pakaian melalui dua proses, dimana proses pertama adalah meningkatkan efektifitas kerja surfaktan dengan memperkecil ukuran molekul kotoran dengan mengoksidasinya. Sedangkan proses kedua adalah mengubah warna kotoran menjadi putih sehingga tidak tampak /terlihat oleh mata. Warna putih yang dimaksud adalah putih udara, jernih air, bukan putih susu.
Kerja pemutih ini adalah reaksi kimia dimana molekul kotoran akan di pecah pecah menjadi  bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk di angkat oleh surfaktan (tetap peran surfaktan adalah yang mengangkat noda). Selain itu, secara bersamaan juga  membuat kotoran atau noda menjadi invisible (tak terlihat).


Proses pemutih memperkecil molekul kotoran (anonim, 2010) :
Figure 1           : Kondisi kotoran yang ada dalam kain. Melekat dalam kain dalam bentuk bulatan, karena merupakan molekul hidrofobik (tidak suka air).
Figure 2         : Pemutih akan bereaksi dengan kotoran dimana hasil reaksi ini akan memutuskan ikatan kimia pada kotoran.
Figure 3         : Akibatnya kotoran menjadi kecil – kecil terpisah pisah.
2.2.3        Kandungan Yang Terdapat Dalam Pemutih Pakaian
1.      Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental daripada air, dan merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia sebagai pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan bakar roket.
2.      Bahan utama pemutih padat (bubuk putih) adalah kalsium hipoklorit (Ca(ClO)2). Secara umum bahan ini dikenal sebagai kaporit. Bahan pemutih cair adalah natrium hipoklorit (NaOCl).
3.      NaOCl sebagai penghilang noda.
4.      Klorin dan natrium perborat menjadikan pakaian  ternoda dapat menjadi lebih putih cemerlang.
2.2.4        Dampak Penggunaan Pemutih Pakaian
Dampak Positif       :
1.       Menjadikan pakaian putih cemerlang.
2.       Menghilangkan noda-noda yang membekas.
Dampak negatif       :
1.       Pencampuran pemutih dengan ammonia menghasilkan gas beracun seperti kloramin (NH2Cl) dan hidrazin(N2H4).
2.       Menjadikan warna cepat pudar.
3.       Klorin dengan kadar tinggi dapat merusak pakaian.
4.        Serat kain menjadi keras dan rapuh.
5.      Matinya bakteri dalam tanah sehingga kondisi tanah menjadi tidak baik, karena dalam pemutih mengandung zat-zat aktif dan bahan-bahan yang bersifat korosif yang dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam tanah. Akibatnya, kesuburan tanah dapat terganggu.
2.3  Iodometri
Dalam analisa volumetri, yang dimaksud proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium ( I2 ) bebas dalam larutan, sedang proses iodimetri adalah proses titrasi menggunakan larutan I2 sebagai standar.
Pada sebagian besar titrasi iodometri, bila didalam larutan terdapat kelebihan ion iodida, maka akan terjadi ion Triiodida ( I3- ). Hal ini disebabkan karena iodium sangat cepat larut dalam larutan iodida. Khusus dalam proses titrasi iodo-iodimetri, maka yang dimaksud dengan berat ekivalen suatu zat adalah banyaknya zat tersebut yang dapat bereaksi atau dapat.
Membebaskan 1 gram I. Dibandingkan dengan oksidator-oksidator seperti KMnO4, K2Cr2O7, atau Ce(SO4)2, I2 merupakan oksidator yang lebih lemah, tetapi merupakan suatu reduktor yang lebih kuat.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amylum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening.






0 komentar:

Posting Komentar