Rabu, 12 Februari 2014

Etil Asetat


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3/ CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan, tak berwarna tetapi memiliki aroma yang  khas.
Etil asetat merupakan  pelarut polar menengah yang mudah  menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi, namun senyawa ini tidak stabil dalam air mengandung basa atau asam.
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa yang menghasilkan asam asetat dan etanol kembali.
Katalis yang digunakan adalah asam sulfat (H2SO4), karena berlangsungnya reaksi. Reaksi kebalikan hidrolisis yaitu, esterifikasi ficher. Untuk memperoleh hasil rasio yang tinggi biasanya digunakan asam kuat dengan proposi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat yang tidak dapat di reaksi lagi dengan etanol.




Sifat fisika dan kimia etil asetat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:     
Sifat Fisika
Sifat Kimia
Berbau Khas
Rumus molekul
Titik didih: 77,1 0C
Mudah menguap
Densitas: 0,89 gr/cm3
Tidak Beracun
Berat Molekul: 88,12 gr/mol
Tidak Higroskopis
Tidak berwarna

Tabel 2.1. Sifat fisika dan sifat kimia etil asetat

2.2    Bahan Baku Etil Asetat
2.2.1 Asam asetat (CH3COOH)
Asam asetat adalah senyawa kimia asam organik, dan memiliki rumus yang ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2 rumus ini sering ditulis dengan CH3COOH/CH3CO2H. Asam murni di sebut dengan asam asetat glacial. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan pada mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat dalam industri makanan digunakan sebagai pengatur keasaman. Asam asetat dalam produksi polimer digunakan dalam polietilena tereftalat, selulosa asetat dan polivini asetat, namun berbagai macam serat dan kain.



Sifat fisika dan kimia asam asetat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Sifat Fisika
Sifat Kimia
Densitas: 1,049-1.266 gr/cm
Asam lemah
Massa molar: 60,09 gr/mol
Higriskopis
Titik lebur: 16,5 0C

Titik didih: 118,1 0C

Titik beku: 16,7 0C

Penampilan: cairan tidak berwarna

Keasaman: 4,76 pada suhu 25 0C

Aroma: berbau khas

Tabel 2.2. Sifat fisika dan sifat kimia asam asetat
2.2.2 Etanol (C2H5OH)
Etanol (C2H5OH) disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman berakohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat pereaksi tertua.
Etanol termasuk kedalam alkohol rantai tunggal dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Merupakan isomer konstitusional dari metil eter. Etanol sering disingkat menjadi etOH. Dengan “et” merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5). Etanol banyak di gunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia.
Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
Sifat fisika dan sifat kimia etanol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Sifat Fisika
Sifat Kimia
Titik didih: 78,4 0C
Reaksi asam basa
Titik leleh: -114,3 0C
Halogenasi
Densitas: 0,784 gr/cm3
Pembentuk ester
Viskositas: 1200 cP(20) 0C
Dehidrasi
Massa jenis
Oksidasi
Tabel 2.3. Sifat fisik dan sifat kimia etanol
2.2.3. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi atau produk. Katalis memastikan reaksi berlangsung lebih cepat untuk memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.katalis mengurangi energi yang dibutuhan untuk berlangsungnya reaksi.
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis, walaupun demikian asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksidasi di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfit dioksidasi adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang).
Sifat fisika dan sifat kimia asam sulfat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Sifat  Kimia
Sifat Fisika
Dapat bereaksi penih dengan air
Massa molar: 98,08 g/mol
Higroskopis
Penampilan: bening
Dapat bereaksi dengan logam
Densitas: 1,84 g/cm3
Dapat bereaksi dengan asam dan basa
Titik leleh: 10 0C

Titik didih: 337 0C
Tabel 2.4. Sifat kimia dan fisika asam sulfat

2.3    Proses Pembuatan Etil Asetat
Asam karboksilat dan alkohol dengan bantuan sam akan dihasilkan eter. Proses ini  disebut dengan reaksi esterifikasi ficher, dimana reaksi dapat dilihat di bawah ini:
R-COOH + R-OH                   R-COOR + H2O
Tahap – tahap pembuatan etil asetat adalah sebagai berikut:
1.      Esterifikai Ficher
Proses esterifikasificher yaitu mereaksikan antara asam karboksilat dengan alkohol. Asam karboksilat yang digunakan adalah asam asetat (CH3COOH) dan alkohol yang digunakan adalah metanol (CH3OH).
Reaksi  sebagai berikut:
                               H2SO4
CH3COOH + C2H5OH                         CH3COOCH2CH3 + H2O
  Asam Asetat    Etanol         Katalis            Etil Asetat           Air
2.      Proses Pencucian Dan Pemisahan Dengan Aquadest
Pencucian pemilihan dilakukan dicorong pisah, kemudian didiamkan sampai terbentuknya bidang batas.
3.      Pemurnian

Pemurnian bertujuan untuk memisahkan air yang masih terikat dengan menggunakan adsorben.

Minggu, 09 Februari 2014

Limbah B3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia, maka banyak pula  diciptakan pemuas/pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk itu munculah pabrik-pabrik industri sebagai pengolah bahan mentah untuk kemudian diolah dengan sedemikian rupa menjadi barang setengah jadi maupun barang siap pakai, untuk selanjutnya akan dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam jumlah produksi yang sangat besar tiap harinya akan menghasilkan sisa-sisa hasil dari proses pengolahan yang tidak terpakai. Sisa-sisa inilah (limbah) bila terakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat mencemari lingkungan.
Lingkungan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Keadaan lingkungan disekitar tempat tinggal akan mempengaruhi kesehatan. Kemudian, masyarakat yang sebagai pelaku konsumsi pun akan mengeluarkan limbah-limbah sebagai hasil penggunaan hasil barang produksi tersebut. Limbah ini dinamakan limbah rumah tangga. Meskipun sedikit lebih aman, bukan berarti dapat seenaknya membiarkan limbah ini dibuang begitu saja. Karena limbah  sekecil apapun bila dalam jumlah yang besar dapat memberikan konstribusi besar dalam hal pengrusakan terhadap lingkungan.
Limbah B3 yang berada dalam rumah tangga adalah merupakan hasil aktif kegiatan keseharian dari manusia sehingga dapat memberikan dampak negatif yang sangat berbahaya dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang untuk manusia, hewan, tanaman dan lingkungan.
Begitu juga dengan industri yang menghasilkan limbah akan mencemari lingkungan apabila tidak ada penanganan khusus. Salah satu limbah yang sangat mengancam kelestarian lingkungan adalah limbah bahan berbahaya dan beracun.
Ada beberapa kriteria limbah bahan yang berbahaya dan beracun diantaranya yang bersifat reaktif dan korosif. Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi contohnya HCl. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan  lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa contohnya NaOH (soda kausatik) dan H2SO4..
Untuk itulah diperlukan penanganan yang tepat dalam pengolahan limbah-limbah industri maupun limbah rumah tangga. Ada beberapa tipe limbah berbahaya yang dihasilkan  tidak dapat dibuang dalam bentuk aslinya dan harus diolah terlebih dahulu. Dengan bantuan proses yang sesuai, limbah tersebut dapat dihilangkan sifat racunnya di tempat bahan tersebut dihasilkan. Keuntungan dari penghilangan sifat racun juga mengurangi resiko kontaminasi pada orang yang tidak berpengalaman dalam menanganinya bila terjadi kecelakaan dengan limbah ini, oleh karena itu hal ini juga untuk menghindari resiko terhadap kontaminasi lingkungan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan limbah B3 ?
2.      Apa saja klasifikasi limbah B3 ?
3.      Apa saja dampak dari limbah B3 ?
4.      Bagaimana cara penanganan dan pengolahan limbah B3 ?
5.      Apa saja metode pembuangan limbah B3 ?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui klasifikasi limbah B3.
2.      Mengetahui dampak dari limbah B3.
3.      Mengetahui cara penanganan dan pengolahan limbah B3.
1.4  Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah “Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun” adalah :
1.      Dapat mengetahui klasifikasi limbah B3.
2.      Dapat mengetahui cara pengolahan limbah B3.
3.      Dapat meningkatkan kepedulian segala pihak terhadap lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan limgkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.
2.2  Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan kedalam 2 kategori, yaitu :
1)        Berdasarkan sumbernya limbah B3 terdiri dari :
a)        Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik merupakan limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
b)        Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari :
ü  Kegiatan pemeliharaan alat
ü  Pencucian
ü  Pencegahan korosi (inhibitor korosi)
ü  Pelarut kerak
ü  Pengemasan
c)        Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
2)        Berdasarkan karakteristiknya terdiri dari :
a)        Flamable (mudah terbakar)
Yaitu limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan, atau sumber panas lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama, karena bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat.
b)        Explosive (mudah meledak)
Yaitu limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
c)        Corrosive (menimbulkan karat)
Yaitu limbah yang dapat menyebabkan korosi pada berbagai macam benda dan merusak lingkungan melalui suatu reaksi.
d)       Limbah pengoksidasi/reaktif (oxidizing waste)
Yaitu limbah yang dapat menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah peroksida (organik) yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
e)        Menyebabkan Infeksi
Yaitu limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yag diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
f)         Limbah Beracun (toxic waste)
Yaitu limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan, dapat menimbulkan sakit bila masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, kulit, atau mulut, dan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Beberapa alasan diperlukannya identifikasi limbah B3 adalah :
1        Mengklasifikasikan atau menggolongkan apakah limbah tersebut merupakan limbah B3 atau bukan.
2        Menentukan sifat limbah tersebut agar dapat ditentukan metode penanganan, penyimpanan, pengolahan, pemanfaatan atau penimbunan.
3        Menilai atau menganalisis potensi dampak yang ditimbulkan tehadap lingkungan, atau kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
2.3  Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
a.       Limbah Rumah Tangga
Contoh limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga antara lain batu baterai bekas, neon dan bohlam bekas, kemasan cat, kosmetik atau pelumas kendaraan yang umumnya mengandung bahan-bahan yang menyebabkan iritasi atau gangguan kesehatan lainnya seperti logam merkuri yang terkandung di dalam batu baterai pada umumnya.
b.    Penghasil Limbah B3 dari Pelayanan Kesehatan, terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, Laboratorium Kesehatan, dan Apotek.
c.    Penghasil Limbah B3 dari Bandara dan bengkel kendaraan, seperti sisa oli bekas dan sisa air aki bekas.
d.   Penghasil Limbah B3 dari Industri, terdiri atas Penyamakan kulit, Industri lampu, Industri tekstil, Industri farmasi, Industri pangan/susu, home industi batik.
e.    Penghasil Limbah B3 dari kegiatan pertambangan emas.
2.4  Dampak Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
1)     Air Raksa (Hg)
Ø  Dampak pada Kesehatan:
Mercuri termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan keseluruh jaringan terutama di darah dan otak. MeHg terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak. 90% ditemukan dalam darah merah.
Ø  Efek Fisiologis :
Efek toksisitas mercury terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana mercury terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor, kehilangan daya ingat.
Ø  Efek pada pertumbuhan :
MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir dibandingkan dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terpajan MeHg bisa menderita kerusakan otak dengan manifestasi :
o   Retardasi mental
o   Tuli
o   Penciutan lapangan pandang
o   Buta
o   Microchephaly
o   Cerebral Palsy
o   Gangguan menelan
Ø  Efek yang lain :
Efek terhadap sistem pernafasan dan pencernaan makanan dapat terjadi pada keracunan akut.
Inhalasi dari elemental Mercury dapat mengakibatkan kerusakan berat dari jaringan paru. Sedangkan keracunan makanan yang mengandung Mercury dapat menyebabkan kerusakan liver.
2)     Chromium (Cr)
Ø  Efek Fisiologi :
Cr (III) merupakan unsur penting dalam makanan (trace essential) yang mempunyai fungsi menjaga agar metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan normal.
Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru, sedangkan organ lain yang bisa terserang adalah ginjal, lever, kulit dan sistem imunitas.
Ø  Efek pada Kulit :
Dermatitis berat dan ulkus kulit karena kontak dengan Cr-IV.
Ø  Efek pada Ginjal :
Bila terhirup Cr-VI dapat mengakibatkan necrosis tubulus renalis.
Ø  Efek pada Hati :
            Pemajanan akut Cr dapat menyebabkan necrosis hepar. Bila terjadi 20 % tubuh tersiram asam Cr akan mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut.
3)     Cadmium (Cd)
Ø  Dampak pada kesehatan
Beberapa efek yang ditimbulkan akibat pemajanan Cd adalah adanya kerusakan ginjal, liver, testes, sistem imunitas, sistem susunan saraf dan darah.
4)      Tembaga (Cu)
Ø  Dampak terhadap Kesehatan :
Cu dalam jumlah kecil (1 mg/hr) penting dalam diet agar manusia tetap sehat. Namun suatu intake tunggal atau intake perhari yang sangat tinggi dapat membahayakan. Bila minum air dengan kadar Cu lebih tinggi dari normal akan mengakibatkan muntah, diare, kram perut dan mual. Bila intake sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal, bahkan sampai kematian.
5)      Timah Hitam (Pb)
Ø  Dampak pada Kesehatan
Sekali masuk ke dalam tubuh timah didistribusikan terutama ke 3 (tiga) komponen yaitu:
- Darah,
- Jaringan lunak (ginjal, sumsum tulang, liver, otak),
- Jaringan dengan mineral (tulang + gigi).
Tubuh menimbun timah selama seumur hidup dan secara normal mengeluarkan dengan cara yang lambat. Efek yang ditimbulkan adalah gangguan pada saraf perifer dan sentral, sel darah, gangguan metabolisme Vitamin D dan Kalsium sebagai unsur pembentuk tulang, gangguan ginjal secara kronis, dapat menembus plasenta sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin
6)      Nikel (Ni)
Ø  Dampak terhadap Kesehatan
Ni dan senyawanya merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu yang mengandung Ni-Sulfide mengakibatkan kematian karena kanker pada paru-paru dan rongga hidung, dan mungkin juga dapat terjadi kanker pita suara.
7)      Arsene
Ø  Dampak terhadap Kesehatan:
Arsen anorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare.
Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.
2.5  Penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.
Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.
Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita dapat merujuk peraturan pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.
2.6  Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:
o   Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
1.      Daerah bebas banjir.
2.      Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter

Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus :
1.      Daerah bebas banjir.
2.      Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya.
3.      Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m.
4.      Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m.
5.      Jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum 300 m.
o   Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi :
1.      Sistem kemanan fasilits.
2.      Sistem pencegahan terhadap kebakaran.
3.      Sistem pencegahan terhadap kebakaran.
4.      Sistem penanggulangan keadaan darurat.
5.      Sistem pengujian peralatan;
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.
o   Penanganan limbah B3 sebelum diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.
o   Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
1.      Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2.      Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.
3.      Proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4.      Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.
o   Hasil pengolahan limbah B3
Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.                 
2.7  Teknologi Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Terdapat banyak  metode pengolahan Limbah Bahan berbahaya dan Beracun (B3) di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/stabilization, dan incineration.
2.7.1        Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
o   Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur.
o   Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
o   Mendestruksi organisme patogen
o   Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion.
o   Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
a.       Concentration thickening
Tahapan  ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
b.      Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.
c.       De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
d.    Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atauinjection well.
2.7.2        Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
o   Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar.
o   Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik.
o   Precipitation
o   Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
o   Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat
o   Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali.
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
2.7.3        Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber,multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.
ü  Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3
Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Dapat juga mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi limbah B3. Struktur molekul umumnya menentukan bahaya dari suatu zat organic terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air dan senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang. Untuk penghancuran dengan panas merupakan salah satu teknik untuk mengolah limbah B3.
Incenerator  adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi senyawa sederhana seperti CO2 dan H2O.
Incenerator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat, cair, gas, lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa digunakan limbah organik seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam anorganik. Zat karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan sempurna bila insenerator dioperasikan.
Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan berbagai senyawa organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan yaitu operator harus yang sudah terlatih. Selain itu biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain dan potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan operasional.
2.8  Metode Pembuangan Limbah B3
ü  Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah.
ü  Kolam penyimpanan (surface impoundments)
Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama  air limbah sehingga mencemari udara.
ü  Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)
Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.
2.9  Solusi atau Usaha yang dilakukan untuk Mengatasi Pencemaran Limbah B3
Beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai usaha meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat adalah sebagai berikut :
a        Menggalakan Penyuluhan Tentang Hidup Sehat
Kepedulian dari lembaga–lembaga kesehatan seangat diharapakan masyarakat. Pemanfaatan tempat–tempat pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya ideal dlam mewujudkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat. Kepercayaan masyarakat terhadap petugas–pertugas kesehatan dilingkungan adalah merupakan nilai tambah tersendiri. Masyarakat akan lebih mudah menerima masukan–masukan yag diberikan.
Gambaran umum menunjukan bahwa lingkungan yang bermasalah bagi kesehatan didominasi oleh penduduk berpenghasilan rendah dengan tingkat pengetahuan yang rendah. Adanya asumsi bahwa timbulnya penyakit karena kutukan adalah tidak relevan sama sekali. Masyarakat harus diberitahu bahwa terjadinya penyakit adalah karena adanya interaksi antara 3 faktor, yaitu enviroment, host dan agent. Penyuluhan–peyuluhan dapat diberikan pada saat kegiatan–kegiatan masyarakat berlangsung.
Penyuluhan yang cukup efektif dapat dilakukan terhadap ibu rumah tangga, karena kondisi kesehatan keluarga erat hubungannya dengan tingkat pengetahuan ibu. Pembinaan terhadap ibu–ibu dapat dilakukan posyandu. Ibu rumah tangga dapat dianjurkan untuk memulai perilaku sehat secara secara dini terhadap balitanya.
Kepada masayrakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai, perlu dilakukan penyuluhan tentang penyehatan air agar layak konsumsi, dan diajak untuk mengenal perubahan–perubahan yang terjadi disungai, seperti perubahan warna air, banyaknya ikan yang mati atau gangguan lain, dimana berarti sumber air yang mereka pakai telah kemasukan benda asing yang berbahaya bagi kehidupan mereka.
b        Memberi Contoh Lingkungan Sehat bagi masyarakat
Kebanyakan masyarakat tidak akan menerima langsung isi penyuluhan–penyuluhan tentang kesehatan. Masyarakat lebih tertarik dengan hal–hal yang peraktis dan kurang sukar memikirkan secara mendalam apa yang harus dilakukan terhadap lingkungannya agar mereka terhindar dari penyakit. Sebaiknya masyarakat langsung ditunjukan contoh–contoh lingkungan sehat yang akan dijadikan panutan agar lebih efektif dan membantu. Contoh lingkungan sehat bagi masyarakat yang cocok adalah suatu rumah sederhana dengan perkarangan yang bersih, mempunyai jamban yang cukup syarat kesehatan, air yang cuup tersedia, dan tempat pembuangan air limbah serta sampah tersedia baik. Dari adanya contoh–contoh seperti ini, masyarakat akan mengerti bahwa dengan kesederhanaan yang mereka miliki, mereka dapat juga menikmati lingkungan yang sehat dan terhindar dari penyakit–penyakit yang timbul karena keadaan lingkungan sekitar mereka.
Poster–poster sederhana juga dapat membantu masyarakat mengenal dan menerapkan sanitasi lingkungan. Sarana–sarana desa seperti balai desa dan pusat pelayanan kesehtan tersebut sering dikunjungi masyarakat.
c         Menunjang Kesehatan Mayarakat Dalam Bidang Sanitasi Lingkungan
Konsep dan teknis sanitasi yang cocok bagi suatu wilayah, kadangkala dapat timbul dari masyarakat sendiri. Hal ini merupakan sumbangan besar bagi terlaksananya usaha sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan yang dilakukan masyarakat kadang-kadang hanya tidak sengaja. Segai contoh, pemanfaatan sampah rumahtangga oleh masyarakat tani untuk dijadikan kompos. Tujuan utama mereka adalah untuk menambah bahan organik pada tanaman yang diusahakan. Secara tidak sadar sebenarnya mereka telah ikut meniadakan vektor–vektor penyakit yang hidup di sampah–sampah.
Kegiatan–kegiatan sanitasi seperti ini merupakan suatu potensi. Adanya dukungan dari pihak–pihak yang berkompeten akan menumbuhkan peran serta masyarakat. Masyarakat diberitahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah satu cara melepaskan mereka dari gangguan vektor penyakit.
d        Pemberian Pengahargaan Bagi Lingkungan Sehat
Keinginan untuk dihargai adalah mutlak dalam diri manusia. Penghargaan dapat dinyatakan melalui dukungan terhadap apa yang telah dilakukan, pemberian tambahan sarana–sarana dan hadiah jika memungkinkan. Adanya penghargaan akan lebih memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap keadaan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan agar pencemaran lingkungan akibat limbah B3 dapat di tanggulangi.
Adapun cara pengolahan limbah B3 yang baik dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut:
1.      Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dan lain-lain
2.      Proses secara kimia, meliputi: menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang
3.      Proses secara biologi, meliputi; bioremediasi dan viktoremediasi.
Metode insinerasi (pembakaran) juga dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
3.2  Saran
Agar lingkungan hidup tetap terjaga kelestariannya dan untuk mencegah atau menanggulangi pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 perlu diperhatikan cara pengolahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,Rukaesih. 2004.Kimia Lingkungan. Jakarta: ANDI
Anonim.2013. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). (online), http://ozonsilampari.wordpress.com/2008/06/02/bahan-berbahaya-dan-beracun-b3/. Diakses tanggal 24 Oktober 2013 pukul 09.45
Anonym.2013.korosif.(online),(http://dahlanforum.files.wordpress.com/2011/03/korosif .jpg, diakses 2 November 2013)
Anonim. 2013. Limbah.,(online),http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah. Diakses tanggal 24 Oktober  2013 pukul 09.45
Badan Lingkungan hidup Surabaya.2013.Limbah B3. (online),http://lh.surabaya.go.id/weblh/?c=main&m=limbahb3. Diakses tanggal 24 Oktober 2013
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999.Tentang .Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Republika/Agung Fatma Putra.2013.Peredaran B3 di Indonesia Semakin Meningkat,(online),http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/03/mkoqjn-peredaran-b3-di-indonesia-semakin-meningkat .
Setywati Rahayu,Suparni. 2009.Bahan Beracun da Berbahaya sebagai Pencemar Lingkungan.(online), http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/bahan-beracun-dan-berbahaya-sebagai-pencemar-lingkungan/.


Kimia Terpadu

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Klorin
Klor (bahasa Yunani: Chloro = hijau pucat) adalah salah satu unsur kimia dengan simbol “Cl”dan mempunyai nomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur ini termasuk kelompok halogen atau golongan VIIA. Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.
Klorin merupakan zat asam yang korosif. Klorin akan berperan sebagai iritan kuat pada jaringan yang sensitif. Kontak jangka panjang dengan klorin dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas adalah zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Klorin dapat masuk kedalam tubuh dengan cara :
1)      Terhirup melalui saluran nafas.
Klorin sangat berbahaya bila terhirup ke saluran pernafasan. Berat molekul gas klorin lebih besar dari udara sehingga akan selalu menempati daerah terendah dan mengendap di saluran nafas. Paparan klorin pada anak-anak dapat menyebabkan serangan asma. Studi di Belgia tahun 2003 menyebutkan iritan yang dikenal dengan triclhoramin. Trikloramin ini akan dilepaskan apabila air yang berklorinasi bereaksi dengan material organik seperti urin atau keringat manusia. Trikloramin dipercaya dapat menginisiasi proses biologi yang dapat merusak barier seluler permukaan paru.
2)      Kontak dengan kulit atau mata.
Efek klorin sangat negatif untuk kosmetik. Klorin dapat menyebabkan hilangnya kelembaban kulit dan rambut sehingga terlihat keriput dan kering. Kontak dengan cairan klorin dapat menyebabkan kulit dan mata terbakar.
3)      Melalui inhalasi uap panas dan absorbsi melaui kulit.
Paparan klorin yang berbahaya adalah melaui inhalasi uap panas dan absorbsi melalui kulit saat mandi menggunakan shower. Air shower yang hangat akan membuka pori-pori kulit dan menyebabkan peningkatan absorbsi klorin dan bahan kimia lainnya dalam air. Inhalasi sangat berbahaya mengingat gas klorin (kloroform) yang terhirup dapat langsung menuju aliran darah.
4)      Masuk ke saluran cerna melaui air atau makanan yang terkontaminasi.
Menurut U.S. Council of Environmental Quality, risiko terjadinya kanker meningkat sebesar 93% pada penduduk yang mengonsumsi air berklorinasi dibandingkan dengan yang tidak mengandung klorin. Pada penelitian binatang, tikus yang terpapar klorin dan kloramin menderita tumor ginjal dan usus.
2.2  Pemutih Pakaian
2.2.1        Pengertian Pemutih Pakaian
Pemutihan pakain adalah proses kerja reaksi kimia dimana molekul kotoran akan di pecah menjadi  bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk diangkat oleh surfaktan. Surfaktan berfungsi sebagai pengangkat noda. Pemutih pakaian atau disebut juga bleaching agent merupakan campuran antara bahan kimia tidak aktif dan aktif. Bahan aktif pemutih pakaian diantaranya, Natrium hipoklorit atau Natrium perklorat. Pemutih pakaian digunakan untuk membantu membersihkan pakaian dari noda membandel yang tidak bisa dibersihkan oleh deterjen pakaian lainnya.
2.2.2        Proses Pemutihan Pakaian
Bleach adalah suatu senyawa yang dapat memutihkan pakaian melalui dua proses, dimana proses pertama adalah meningkatkan efektifitas kerja surfaktan dengan memperkecil ukuran molekul kotoran dengan mengoksidasinya. Sedangkan proses kedua adalah mengubah warna kotoran menjadi putih sehingga tidak tampak /terlihat oleh mata. Warna putih yang dimaksud adalah putih udara, jernih air, bukan putih susu.
Kerja pemutih ini adalah reaksi kimia dimana molekul kotoran akan di pecah pecah menjadi  bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk di angkat oleh surfaktan (tetap peran surfaktan adalah yang mengangkat noda). Selain itu, secara bersamaan juga  membuat kotoran atau noda menjadi invisible (tak terlihat).


Proses pemutih memperkecil molekul kotoran (anonim, 2010) :
Figure 1           : Kondisi kotoran yang ada dalam kain. Melekat dalam kain dalam bentuk bulatan, karena merupakan molekul hidrofobik (tidak suka air).
Figure 2         : Pemutih akan bereaksi dengan kotoran dimana hasil reaksi ini akan memutuskan ikatan kimia pada kotoran.
Figure 3         : Akibatnya kotoran menjadi kecil – kecil terpisah pisah.
2.2.3        Kandungan Yang Terdapat Dalam Pemutih Pakaian
1.      Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental daripada air, dan merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia sebagai pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan bakar roket.
2.      Bahan utama pemutih padat (bubuk putih) adalah kalsium hipoklorit (Ca(ClO)2). Secara umum bahan ini dikenal sebagai kaporit. Bahan pemutih cair adalah natrium hipoklorit (NaOCl).
3.      NaOCl sebagai penghilang noda.
4.      Klorin dan natrium perborat menjadikan pakaian  ternoda dapat menjadi lebih putih cemerlang.
2.2.4        Dampak Penggunaan Pemutih Pakaian
Dampak Positif       :
1.       Menjadikan pakaian putih cemerlang.
2.       Menghilangkan noda-noda yang membekas.
Dampak negatif       :
1.       Pencampuran pemutih dengan ammonia menghasilkan gas beracun seperti kloramin (NH2Cl) dan hidrazin(N2H4).
2.       Menjadikan warna cepat pudar.
3.       Klorin dengan kadar tinggi dapat merusak pakaian.
4.        Serat kain menjadi keras dan rapuh.
5.      Matinya bakteri dalam tanah sehingga kondisi tanah menjadi tidak baik, karena dalam pemutih mengandung zat-zat aktif dan bahan-bahan yang bersifat korosif yang dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam tanah. Akibatnya, kesuburan tanah dapat terganggu.
2.3  Iodometri
Dalam analisa volumetri, yang dimaksud proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium ( I2 ) bebas dalam larutan, sedang proses iodimetri adalah proses titrasi menggunakan larutan I2 sebagai standar.
Pada sebagian besar titrasi iodometri, bila didalam larutan terdapat kelebihan ion iodida, maka akan terjadi ion Triiodida ( I3- ). Hal ini disebabkan karena iodium sangat cepat larut dalam larutan iodida. Khusus dalam proses titrasi iodo-iodimetri, maka yang dimaksud dengan berat ekivalen suatu zat adalah banyaknya zat tersebut yang dapat bereaksi atau dapat.
Membebaskan 1 gram I. Dibandingkan dengan oksidator-oksidator seperti KMnO4, K2Cr2O7, atau Ce(SO4)2, I2 merupakan oksidator yang lebih lemah, tetapi merupakan suatu reduktor yang lebih kuat.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amylum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening.